Memang sulit membantu anak yang sedang marah. Bahkan beberapa anak memiliki amarah yang tak ada
habisnya terpendam di dalam diri mereka. Mereka menjadi mudah frustrasi. Mereka
mudah berteriak. Mereka bahkan mungkin menjadi agresif. Bahkan, mereka biasanya marah
hanya karena hal kecil. Jika
Kita membesarkan seorang anak yang pemarah, penting untuk mengajarkan
kepadanya keterampilan yang ia butuhkan untuk mengatasi perasaannya dengan cara
yang sehat. Berikut adalah cara untuk membantu meredakan kemarahan mereka:
1.
Ajari Anak Kita Tentang Perasaan
Anak-anak
kemungkinan lebih besar untuk marah ketika mereka tidak memahami perasaan
mereka atau mereka tidak dapat mengungkapkannya. Seorang anak yang tidak bisa
mengatakan, "Aku marah," mungkin mencoba untuk menunjukkan bahwa dia
marah dengan memukul. Atau seorang anak yang tidak dapat menjelaskan bahwa dia
sedih, mungkin ia akan bersikap nakal untuk mendapatkan perhatian Kita.
Mulailah
mengajarkan kepada anak Kita kata-kata tentang perasaan dasar seperti marah,
sedih, bahagia, dan takut. Katakan perasaan anak Kita kepadanya dengan
mengatakan, "Sepertinya kamu sedang marah." Seiring waktu, dia akan
belajar untuk mengenali emosinya sendiri.
Ketika
anak Kita mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang emosinya dan
bagaimana menggambarkannya, ajarkan dia kata-kata yang lain seperti frustrasi,
kecewa, khawatir, dan kesepian.
2.
Buat Termometer Kemarahan
Termometer
kemarahan adalah alat yang membantu anak-anak mengenali tanda-tanda peringatan
bahwa kemarahan mereka meningkat. Gambarlah termometer besar di selembar
kertas. Mulailah dari bawah dengan angka 0 dan isi angka-angka sampai 10. Jelaskan
bahwa nol berarti "tidak ada kemarahan sama sekali." Angka 5 berarti
"jumlah kemarahan yang sedang," dan 10 berarti "kemarahan yang
paling banyak."
Bicarakan
tentang apa yang terjadi pada tubuh anak Kita di setiap nomor pada termometer.
Anak Anda mungkin mengatakan ia tersenyum ketika berada di level 0 tetapi
memiliki wajah galak ketika ia mencapai level 5 dan pada saat amarahnya naik ke
level 10, ia mungkin menggambarkan dirinya sebagai monster yang marah.
Bicara
tentang bagaimana perasaan tubuhnya ketika dia menjadi marah. Dia mungkin
merasa wajahnya menjadi panas ketika dia level dua dan dia mungkin mengepalkan
dengan tangannya ketika dia level tujuh.
Ketika
anak-anak belajar mengenali tanda-tanda peringatan mereka, itu akan membantu
mereka memahami perlunya istirahat, sebelum kemarahan mereka meledak pada
tingkat 10. Gantung termometer kemarahan di lokasi yang menonjol tanyakan pada
anak kita, "Berapa level kemarahanmu hari ini? "
3.
Buat Rencana untuk Membantu Anak Kita Tetap Tenang
Ajari
anak Kita apa yang harus dilakukan ketika ia mulai merasa marah. Alih-alih
melempar balok ketika dia frustrasi, atau memukul adiknya ketika dia kesal,
mengajarinya strategi yang lebih sehat yang membantu kemarahan.
Dorong
anak Kita untuk menyendiri saat dia kesal. Tunjukkan padanya bahwa dia tidak
perlu menunggu sampai dia membuat kesalahan, tetapi sebaliknya, dia bisa pergi
ke kamarnya selama beberapa menit untuk menenangkan diri ketika dia mulai
merasa marah.
Dorong
dia untuk mewarnai, membaca buku, atau terlibat dalam aktivitas menenangkan
lain sampai dia cukup tenang untuk melanjutkan aktivitasnya.
4.
Ajarkan Teknik Manajemen Kemarahan
Salah
satu cara terbaik untuk membantu anak yang marah adalah mengajarkan teknik
manajemen kemarahan. Mengambil napas dalam-dalam, misalnya, dapat menenangkan
pikiran dan tubuh anak Kita ketika sedang kesal. Pergi berjalan cepat,
menghitung sampai 10, atau mengulangi kata juga bisa membantu.
Ajarkan
berbagai keterampilan lain, seperti keterampilan mengendalikan disiplin diri.
Anak-anak yang marah membutuhkan pelatihan yang cukup untuk membantu mereka
melatih keterampilan itu ketika mereka sedang kesal.
5.
Pastikan Ledakan Marah Tidak Efektif
Terkadang
anak-anak menunjukkan kemarahan karena itu cara yang efektif untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Jika seorang anak membuat marah dan orang tuanya memberikan
mainan untuk membuatnya diam, dia akan belajar bahwa kemarahan yang ia buat
sangat efektif, untuk menuruti apa yang ia mau.
Jangan
berikan pada anak Kita apa yang ia mau. Meskipun itu mungkin lebih efektif
dalam jangka pendek, dalam jangka panjang menyerah hanya akan membuat masalah
perilaku dan agresif anak menjadi lebih buruk.
6.
Lanjutkan dengan Konsekuensi Bila Diperlukan
Disiplin
yang konsisten diperlukan untuk membantu anak Kita belajar bahwa agresif atau
perilaku tidak sopan tidak dapat diterima. Jika anak Kita melanggar peraturan, berikan konsekuensi
hukuman yang telah disepakati.
Memberikan
hak istimewa bisa menjadi strategi disiplin yang efektif. Jika anak Kita
memecahkan sesuatu ketika dia marah, buat dia membantu memperbaikinya atau buat
dia melakukan pekerjaan untuk membantu mengumpulkan uang untuk perbaikan.
Jangan biarkan dia mendapatkan hak istimewanya kembali sampai dia memperbaiki
kerusakan.
7.
Hindari Media Kekerasan
Jika
anak Kita berperilaku agresif, mengenalkannya dengan acara TV atau video game
yang kejam tidak akan membantu. Cegah dia dari menyaksikan kekerasan dan
sebaliknya, fokuslah untuk mengeksposnya ke buku, permainan, dan tunjukkan
bahwa membuat model keterampilan bisa membuat dia melupakan amarahnya. (cumibalado.blogspot.com)
Share This :
comment 0 komentar
more_vert