MASIGNCLEAN103

Kancil dan Harimau yang kelaparan


Kancil baru saja lepas dari bahaya maut. Para buaya yang hendak memakannya telah ditipu mentah-mentah. Kancil kini bisa berjalan dengan santai. Perutnya mulai terasa lapar karena seharian tenaganya dipakai untuk berlari dan berjalan guna menyelamatkan diri. Kini ia berjalan-jalan di tepi hutan.
Tapi! Ada Macan lapar datang menghadangnya.
“Cil! Aku sudah 3 hari tidak makan daging...” kata  Macan dengan liur menetes, ia ingin sekali menyantap daging Kancil.
“Mau memakan ku ?” Siapa takut
“Boleh saja!” Kata Kancil seperti tanpa beban dan rasa takut.
“Betulkah Cil? Kau mau aku makan?” Tanya Macan dengan mata berbinar.
“Aku maklum, aku kan hewan kecil mau menolak juga tidak bisa, tapi....” 
“Kenapa Cil...?”
“Sebelum aku mati, ijinkan aku minta satu hal.”
“Apa itu Cil?”
“Biarkan aku mencari makanan sebentar saja di sekitar sini, aku akan makan daun atau apa saja, syukur kalau ada mentimun.
“Baiklah Cil permintaan terakhir mu kukabulkan.”
“Terimakasih Macan yang baik, sekarang tolong pejamkan matamu sebentar saja.
“Lho ? Kok pakai pejam mata segala sih Cil?”
“Iya Can, seperti main petak umpet, kan aku tak bisa lari terlalu jauh darimu.”
“Baiklah Cil, kupejamkan mataku.”
Lalu Kancil berlari sekuat tenaganya.
“Sudah Cil?”
“ Belum...”
 “Sudah Cil?” Tanya Macan sekali lagi.
“Beluuuum!” Jawab Kancil dengan suara seperti sayup-sayup agaknya dia sudah berada di kejauhan.
“Sudah Cil?” Kini Kancil tidak menjawab lagi. 
Macan segera membuka keduamatanya.
“Hah! Kemana Kancil? Jangan-jangan dia menipuku.” Macan berusaha mencari kesana kemari, namun sudah sekian lama tidak ia temukan Si Kancil.
“Bodohnya Aku!” Geram si Macan.
“Mestinya aku tak usah menuruti omongan Si Kancil, seharusnya begitu Ketemu tadi langsung ku makan saja. Awas kau Cil!”. 
Sementara itu Kancil  terus berjalan dan mencari persembunyian yang aman. Sesekali ia menoleh ke belakang, takut kalau Macan sudah berlari kencang datang mengejarnya. “Mudah-mudahan Macan sakit perut, sakit gigi, tertusuk duri, atau terpeleset sehingga tidak bisa mengejarku.” Gerutu Kancil sambil terus berjalan cepat. Karena sering menoleh ke belakang ia kurang waspada terhadap situasi yang ada di depannya.
“Haduh, biar saja aku menabrak ular yang sedang tidur ini.” Kata Kancil sembari menahan langkahnya. Kancil istirahat tak jauh dari si ular yang sedang tidur sembari mencari akal.
“Macan itu pasti segera menemukanku, apa akalku agar lolos dari ancaman maut ini?”
Saat itu hari semakin siang, Macan semakin kelaparan.
“Kancil kurang ajar! Sembunyi di manapun kau pasti dapat kutemukan, aku bisa mencium bau keringat mu dari kejauhan.”

Tak Berapa lama kemudian....

“Nah ini dia!” Kata Macan dengan girang setelah menemukan Kancil.
“Sssttstst”  desis Kancil dengan lirih,
“Jangan bicara keras-keras Can.”
“ Mau apa lagi? Mau menipuku?”
“ Tidak! Tenang saja lah dulu!” Kata Kancil dengan enteng.
“Usus di dalam perutku sudah meronta-ronta, sudah sangat lapar Cil. Sudah relakan dirimu ku makan.”
“Sabar, aku duduk di sini Sebenarnya sedang bertugas, aku diperintahkan oleh baginda Nabi Sulaiman.”
“Jangan ngaco! Apa tugasmu?”
“Mari ikut aku,” kata kancil sembari mengajak Macan mendekati si ular yang sedang tidur. Sepintas si ular itu seperti sabuk yang digulung rapi.
“Cil ini kan ular?”
“ Ah bodohnya kau ini, ini bukan ular hidup. Ini adalah sabuknya Baginda Nabi Sulaiman, penguasa para binatang. Siapa yang memakai sabuk ini maka dia akan ditakuti seluruh binatang di dunia ini.”
“ Boleh ku coba Cil? ... “
“Jangan...!”
“ Kalau tidak boleh,  kau langsung kumakan.” 
“Baiklah kalau begitu.” 
Macan segera menjulurkan lidah dan lehernya ia bermaksud mengelus-elus sabuk itu sebelum memakainya.
“Hemmm halus juga sabuk ini.” Kata si Macan sambil terus menjilati benda yang dianggapnya sabuk itu. 
Tapi ...
“Macan kurang ajar.” Tiba-tiba Si Ular terbangun dari tidurnya. Beraninya kau mengganggu waktu istirahatku. Secepat kilat ular besar itu membelit tubuh Macan dan menggigitnya di sana sini. Macan tak mau kalah, Ia juga balas menggigit perut ular dan mencakar-cakar tubuh ular itu, keduanya bertarung seru dalam waktu yang lama.
“Hihihi,” Kancil tertawa
“Aku tak mau tahu siapa yang akan menang dan bertahan hidup, lebih baik aku segera menyingkir jauh-jauh dari tempat ini.” Selamat tinggal Macan. ( cumibalado.blogspot.com)
Share This :
bramantyo

Cyberbullying pada anak, sebab akibat dan cara mencegahnya !

Pengganggu memang telah ada sejak lama, tetapi teknologi telah memberi mereka alat baru untuk melakukan tindakan mereka. Tidak selal...